Selasa, 27 Maret 2012

MASALAH DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH DALAM PENGELOLAAN KELAS


 BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan kegiatan-kegiatan didalam kelasnya. Baik itu yang menyangkut pengajaran atau pun yang menyangkut pengelolaan kelas. Oleh karena itu, guru-guru harus mampu membedakan permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat sehingga dapat tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa saja masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan kelas?
b.      Bagaimana upaya pemecahan masalah yang ada dalam pengelolaan kelas?

C.    TUJUAN PENULISAN
a.       Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Pengelolaan Kelas.
b.      Untuk mengetahui masalah-masalah yang ada dalam pengelolaan kelas.
c.       Untuk mengetahui upaya pemecahan masalah yang ada dalam pengelolaan kelas.

d.       
BAB II
PEMBAHASAN

A.    MASALAH-MASALAH PENGELOLAAN KELAS

1.      Kegiatan Mengajar dan Mengelola Kelas
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu amat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.

2.      Masalah Pengajaran dan Masalah Pengelolaan Kelas
Ada dua masalah yang ada di kelas, yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
Solusi untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu:
1.      Mengenali secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok;
2.      Memahami pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.
3.      Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang dimaksud.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang bersifat kelompok.
a.      Masalah Perorangan
Penggolongan masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan. Masalah perorangan ini mengacu pada masalah psikologis anak/jiwa anak.
Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan seperti diuraikan diatas pada diri para siswa.
1.      Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.
2.      Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
3.      Jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah menuntut balas.
4.      Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
b.      Masalah Kelompok
Ada tujuh masalah kelompok yang dikenal dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, yaitu :
  1. Kekurang-kompakan
  2. Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
  3. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
  4. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
  5. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja
  6. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
  7. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Masalah kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Masalah kelompok ini menyangkut unsur adaptasi social dan unsur adaptasi pribadi.

B.     MENGHADAPI MASALAH MASALAH PENGELOLAAN KELAS

Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas guru dapat menerapkan berbagai pendekatan. Pendekatan pertama ialah dengan menerapkan sejumlah “larangan dan anjuran” misalnya:
  1. Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya.
  2. Dalam memberikan peringatan kepada siswa janganlah mempergunakan nada suara yang tinggi.
  3. Bersikaplah tegas dan adil terhadap semua siswa
  4. Jangan pilih kasih
  5. Sebelum menghukum siswa, buktikanlah terlebih dahulu bahwa siswa itu bersalah
  6. Patuhlah pada aturan-aturan yang sudah anda tetapkan.
Pendekatan “larangan dan anjuran” diatas tampaknya mudah, namun karena tidak didasarkan pada teori atau prinsip-prinsip tertentu pada umumnya kurang dapat dilaksanakan secara mantap. Masing-masing perintah atau larangan itu dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. Disamping itu, guru yang melaksanakan perintah dan larangan itu hanya bersikap reaktif terhadap masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul. Jangkauan tindakan yang reaktif inipun amat sempit, yaitu hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul sesewaktu saja. Padahal dari guru diharapkan tindakan-tindakan yang menjangkau kemungkinan timbulnya masalah-masalah yang dapat muncul di masa depan, sehingga timbulnya masalah-masalah itu dapat dicegah, atau kalau toh masalah-masalah itu timbul juga intensitasnya tidak begitu besar dan dapat ditanggulangi secara tepat.
Kesulitan lain yang dapat ditimbulkan dengan diterapkannya pendekatan “perintah dan larangan” yang mirip-mirip resep itu ialah, jika “resep” itu ternyata gagal, maka guru dapat kehilangan akal dalam menangani masalah yang dihadapinya. Guru tidak mampu menganalisis masalah itu dan tidak mampu menemukan alternatif-alternatif tindakan yang mungkin justru lebih ampuh daripada perintah dan larangan sebagaimana tercantum didalam “resep” itu.
Pendekatan “perintah dan larangan” itu bersifat absolut dan tidak membuka peluang bagi diambilnya tindakan-tindakan yang lebih luwes dan kreatif. Pendekatan “resep” ini hanya mengatakan: “Jika terjadi masalah itu, lakukanlah itu atau itu atau itu”. Guru-guru yang hanya mengandalkan penerapan pendekatan seperti itu dianggap kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan kurang mampu menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.
Ada pendekatan lain yang tidak tepat untuk dipakai, yaitu meliputi tiga hal:
  1. penghukuman atau pengancaman,
  2. pengalihan dan pemasabodohan, dan
  3. penguasaan atau penekanan.
Berikut ini adalah beberapa tindakan yang tidak tepat untuk menangani masalah-masalah yang timbul didalam kelas:
  1. Tindakan penghukuman atau pengancaman:
-          Menghukum dengan kekerasan, larangan atau pengusiran
-          Menerapkan ancaman atau memaksakan berlakunya larangan-larangan
-          Menghardik, mengasari dengan kata, mencemooh atau menertawakan
-          Menghukum seorang diantara siswa sebagai contoh bagi siswa-siswa lainnya
-          Memaksa siswa untuk meminta maaf atau memaksakan tuntutan-tuntutan lainnya.
  1. Tindakan pengalihan atau pemasabodohan:
-          Meremehkan sesuatu kejadian atau tidak melakukan apa-apa sama sekali.
-          Menukar susunan kelompok dengan mengganti atau mengeluarkan anggota tertentu.
-          Mengalihkan tanggungjawab kelompok kepada tanggungjawab seseorang anggota.
-          Menukar kegiatan (yang seharusnya dilakukan oleh siswa) untuk menghindari tingkah laku tertentu dari siswa.
-          Mengalihkan tingkah laku siswa dengan cara-cara lain.
  1. Tindakan penguasaan atau penekanan:
-          Memerintah, memarahi, mengomel
-          Memakai pengaruh orang-orang yang berkuasa (misalnya orang tua, pimpinan sekolah)
-          Menyatakan ketidaksetujuan dengan mempergunakan kata-kata, tindakan atau pandangan.
-          Melakukan tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan dari ancaman-ancaman yang pernah dijanjikan.
-          Mempergunakan hadiah sebagai perbandingan terhadap hukuman bagi para pelanggar.
-          Mendelegasikan wewenang kepada siswa untuk memaksakan penguasaan kelas.
Dalam menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian pendekatan proses kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada dasarnya bukanlah peristiwa yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi anggota kelompok kelas tertentu, namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut kehidupan kelompok dimana individu itu menjadi anggotanya.
Tujuan utama bagi guru yang menangani tingkah laku yang menyimpang itu ialah membantu kelompok itu bertanggungjawab atas perbuatan anggota-anggotanya dan pengelolaan kegiatan kelompok itu sendiri. Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat melakukan kontrol yang mantap terhadap anggota-anggotanya.

C.    PENDEKATAN PENGUBAHAN TINGKAH LAKU DALAM PENGELOLAAN KELAS

Seperti yang telah dikemukakan, pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi behavioral. Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang disukai maupun tidak disukai. Para penganut pendekatan ini percaya bahwa seorang siswa yang bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu karena satu atau dua alasan:
  1. siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau
  2. siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.
Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:
  1. ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan dan
  2. proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.
Para penganut pemberian penguatan menekankan bahwa apabila seorang siswa menampilkan tingkah laku tertentu, maka tingkah lakunya itu diikuti oleh akibat (konsekwensi) tertentu. Ada empat kategori dasar dari akibat:
  1. apabila ganjaran diberikan,
  2. apabila hukuman diberikan,
  3. apabila ganjaran dihentikan, dan
  4. apabila hukuman dihentikan.
Pemberian ganjaran disebut penguatan positif dan pemberian hukuman disebut saja penghukuman. Penghentian pemberian ganjaran disebut penghilangan (extinention) atau penundaan (time out), tergantung pada keadaannya. Penghentian hukuman disebut penguatan negatif. Frekuensi munculnya tingkah laku tertentu sejalan dengan jenis mana yang mengikuti tingkah laku itu. Penguatan positif, yaitu pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku yang dimaksud, mengakibatkan ditingkatkannya frekuensi pemunculan tingkah laku yang dimaksud. Tingkah laku yang memperoleh ganjaran itu diperbuat dan diulangi lagi di waktu mendatang.
Contoh:
Bambang menulis laporan dengan rapi dan menyerahkannya kepada guru (tingkah laku siswa). Guru memuji pekerjaan Bambang itu dan memberikan komentar bahwa laporan Bambang yang ditulis dengan rapi lebih mudah dibaca dibandingkan dengan yang ditulis secara tidak rapi (penguatan positif). Untuk laporan-laporan berikutnya, Bambang terus memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah laku yang dikuatkan itu meningkat).
Penghukuman menampilkan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai (yaitu hukuman) setelah dilakukannya suatu perbuatan tertentu yang menyebabkan frekuensi pemunculan tingkah laku itu menurun.
Penguatan negatif adalah peniadaan perangsang yang mengenakkan atau tidak disukai (yaitu hukuman) setelah ditampilkannya suatu tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensi tingkah laku yang dimaksud.
Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan diulanginya tingkah laku tersebut.
Contoh:
Para siswa di kelas Ibu Eti (guru Bahasa Inggris) yakin bahwa guru mereka itu akan menyelenggarakan permainan kata-kata (word game) jika para siswa mengerjakan tugas dan baik. Permainan seperti itu amat digemari oleh para siswa. Ternyata siswa-siswa memang mengerjakan tugas dengan baik, kecuali Jayeng. Ibu Eti mengatakan bahwa Jayeng tidak diperkenankan ikut serta dalam permainan itu dan duduk sendiri terpisah dari kelompok-kelompoknya (mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu). Selanjutnya, Jayeng mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik (frekuensi tingkah laku laku menurun).
Contoh diatas mengisyaratkan bahwa guru harus amat hati-hati dalam memilih dan menerapkan penguat-penguat yang tepat untuk siswa-siswa tertentu. Hal ini tampaknya sukar, namun sebenarnya tidaklah demikian. Jenis-jenis penguat tertentu sebenarnya tidak terlepas dari kebutuhan siswa tertentu, bahkan siswa itu dapat (secara tidak langsung) menunjukkan penguat-penguat yang dibutuhkannya. Ada tiga cara untuk mengenali jenis-jenis penguat yang bersangkutan dengan siswa tertentu:
1.      melihat petunjuk-petunjuk (gelagat) khusus berkaitan dengan jenis penguat tertentu dengan jalan mengamati hal-hal apa yang ingin dilakukan oleh siswa;
2.      melihat petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa yang terjadi setelah siswa menampilkan tingkah laku tertentu; dalam hal ini guru mencoba menerapkan tindakan atau tingkah laku apa yang dilakukan guru dan teman-teman siswa itu yang tampaknya menguatkan tingkah laku siswa yang bersangkutan; dan
3.      memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan jalan langsung menanyakan kepada siswa yang bersangkutan tentang apa yang ingin dilakukannya jika dia memiliki waktu terluang, apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa atau untuk siapa biasanya siswa itu melakukan sesuatu yang berarti. Setelah secara singkat membahas penggunaan ganjaran, marilah kita singgung sedikit lagi tentang hal yang sebenarnya masih merupakan suatu dilema atau masih diperdebatkan, yaitu penggunaan hukuman untuk mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak disukai. Dalam kaitan ini ada tiga pokok pandangan, yaitu:
  • penggunaan hukuman secara tepat adalah amat efektif untuk mengurangi atau menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang;
  • penggunaan hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal tertentu secara terbatas dapat menimbulkan akibat yang baik secara cepat (segera), tetapi guru harus dengan hati-hati mencatat akibat-akibat sampingan dari hukuman itu, dan
  • penggunaan hukuman itu hendaklah sama sekali dihindarkan karena penanggulangan terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dilakukan dengan cara-cara lain yang tidak perlu menimbulkan akibat sampingan sebagaimana dapat ditimbulkan oleh hukuman.
Keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman
Beberapa keuntungan ialah:
1.      Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang, dan dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.
2.      Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.
3.      Hukuman berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswa lain dengan kenyataan bahwa hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswa lain meniru tingkah yang mendapat hukuman itu.
Kerugian penggunaan hukuman:
1.      Hukuman dapat ditafsirkan secara salah. Kadang-kadang penghukuman terhadap tingkah laku tertentu digeneralisasikan untuk tingkah laku-tingkah laku lainnya. Misalnya, seorang siswa yang dihukum karena berbicara tanpa mengindahkan giliran mungkin tetap akan tidak berbicara meskipun kesempatan berbicara baginya terbuka luas.
2.      Hukuman dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali.
3.      Hukuman dapat menyebabkan siswa agresif.
4.      Hukuman dapat menimbulkan reaktif negatif dan kawan-kawan siswa yang bersangkutan. Misalnya, siswa-siswa dapat menampilkan tingkah laku yang tidak diinginkan (seperti menertawakan, simpati) terhadap siswa yang menerima hukuman.
5.      Hukuman dapat menimbulkan sikap negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana diluar dirinya. Misalnya, hukuman dapat merusak perasaan bahwa diri sendiri cukup berharga atau dapat menumbuhkan sikap negatif terhadap sekolah. Dalam mempertimbangkan keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman, pilihan-pilihan yang akan diterapkan harus benar-benar dipertimbangkan secara hati-hati. Jika cara hukuman tertentu memang sudah dipilih, maka penerapannya harus dicatat secara diteliti.


BAB III
PENUTUP

Dari makalah ini dapat kami tarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
1.      Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
2.      Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku siswa yang baik dan menahan pemberian ganjaran tingkah laku yang tidak baik adalah amat efektif untuk membina tingkah laku siswa yang lebih baik didalam kelasnya.
3.      Menghukum tingkah laku siswa yang tidak baik dapat meniadakan tingkah laku itu tetapi mungkin menimbulkan akibat sampingan yang bersifat negatif.
4.      Memberikan ganjaran terhadap tingkah laku yang baik tampaknya merupakan kunci bagi pengelolaan kelas yang efektif.


DAFTAR PUSTAKA


2 komentar:

  1. sangat membantu...maksaih sebelumnya...bs nda saya minta tolong agar memasukkan sumber dari mana anda mendapatkannya...biar lebih meyakinkan para pembaca...
    tugas kul juga sich ^_^ buat daftar pustakanya

    BalasHapus